Senin, 08 Oktober 2012

Kronologis Kerusuhan Sambas 1999

Departemen Pertahanan Indonesia dlm Situs http://www.dephan.go.id/fakta/p_sambas.htm Menyatakan tentang "Peristiwa Sambas" dengan singakat dan jelas. 

Disitto' saye carrat nak nambahe' dengan kesah-kesah ayap baik iye yang bersumber dari pengalaman pribadi, kawan2 yang ngeraccau dak tantu rudu maupun dari sumber-sumber yang dak jelas asal usolnye. Biar tambah mantap agek ceritenye, geye be... he,,,, Berhubung dengan banyaknye insanak-insanak yang nak tau labeh jelasnye cerite kelam tanah Sambas ye maupun generasi baru sambas yang dak sampat mengalame cerite yang nyadehkan iye sebenarnye saye nak becerite banyak. Tapi karena berbagai pertimbangan, tang ase ngarri' juak nak nuliskan cerite dak tantu rudu ye. Bukan ape menurut pengamatan saye issu itok maseh rawan dan sensitif. Mudah-mudahan tambahan coretan-coretan disittok dak ade yang menyinggung dari pihak manepun juak ape agek sampai menyulut api permusuhan yang baru. Mari bersame kite belajar dari sejarah..................................................


1. Latar belakang.
    a.    Awal peristiwa dilatar belakangi kasus pencurian ayam oleh seorang warga suku Madura yang ditangkap dan dianiaya oleh warga masyarakat suku melayu.
    (lokasi kejadian di kecamatan jawai; tang dak tau juak labeh jelasnye antol manenye)
    b.    Peristiwa berkembang dengan bergabungnya ratusan warga suku Madura dan menyerang warga suku Melayu yang berakibat 3 orang suku Melayu meninggal dunia dan 2 orang luka-luka.
    (Issu yang terdengar ada sekitar 2-3 mobil truk yang menyerang perkampungan melayu di Pasar Parit Setia Jawai. Pada saat itu melayu tidak melawan sama sekali kecuali beberapa orang jago yang merasa punya ilmu lebih (kebal). Baku hantam pun tak terhindarkan lagi, api perang sudah dihidupkan dan oleh karena perlawanan yang tak seimbang dan titik lemah orang melayu kebal tersebut diketahui (kabarnya dengan menghadirkan gadis bugil) maka 3 orang jagoan melayu gugur di medan perang pada saat Lebaran Pertama Idul Fitri. (Untuk mengenang peristiwa ini maka dibangunlah Tugu Ketupat Berdarah di Pasar Parit Setia Jawai). Melayu kalah telak dan setelah puas menyincang-nyincang tubuh mangsanya maka pasukan lawan pulang membawa kemenagannya denga yel-yel "MELAYU KEROPO'K - MELAYU KEROPO'K". Lebaran itu adalah lebaran pahit di tanah sambas.
    Berhubung suasana lebaran walaupun begitu mencekam maka kabar ini meluas dengan cepat ke seluruh pelosok sambas ditambah bumbu-bumbu penyedap yang semakin menyulut api semakin membara maka luka-luka terpendam selama berpuluh-puluh tahun terasa sakit kembali bahkan begitu perih melebihi sakit saat pertama luka hingga memunculkan kesepakatan tak tertulis di seluruh jiwa sambas "Tunggu kau bikin ulah lagi, kami tak akan pernah memaafkanmu".
    c.    Selain itu terjadi pula kasus perkelahian antara kenek angkot warga suku Melayu dengan penumpang angkot warga suku Madura yang tidak mau membayar ongkos.
    (Lokasi kejadian di sekitar semparuk)
    d.    Akibatnya terjadi saling balas membalas antara warga suku Melayu dibantu suku Dayak menghadapi warga suku Madura dalam bentuk perkelahian, penganiayaan dan pengrusakan.
    (Ini terjadi di malam harinya setelah kejadian kenek angkot diatas. Pada awalnya massa berkumpul dipasar semparuk untuk mengkonfirmasi kejadian kenek angkot tersebut. Berkaca dari kasus jawai ; karena biasanya setelah terjadi baku hantam antar 2 suku maka suku lawan akan balas menyerang maka dalam sekejap massa berkumpul mencapai ribuan orang di sekitar semparuk menghadapi serangan lawan dengan perlengkapan seadanya. Karena lawan yang ditunggu-tunggu tidak juga datang menyerang maka massa yang tak tertahankan emosinya menghancurkan beberapa kediaman suku lawan. Oleh karena massa berjumalah ribuan orang maka situasi tak dapat dikendalikan, pengrusakan hingga pembakaran terjadi hampir diseluruh kediaman warga madura yang berdomisili di semparuk. Puluhan rumah hangus terbakar pada saat itu juga. Pembakaran ini mulai dilakukan sekitar jam 08.30 malam. Tidak jelas apakah pada peristiwa semparuk ini terdapat korban jiwa. Warga madura yang berdomisili di semparuk seluruhnya mengungsi ke desa sebelah yaitu Sempadung dan dikabarkan membentuk kekuatan untuk balas menyerang. Saya sendiri yang berkediaman sekitar 2km dari lokasi kejadian sempat melihat cahaya api membara di berbagai titik kejadian selain itu juga mendengar bunyi tembakan dan gemuruh tiang listrik dipukul2. Berhubung saya masih sangat kecil tidak diizinkan melihat lebih dekat lagi malahan dipaksa tidur dini.
    Pada pagi harinya jalanan sangat lengang. Saya masih duduk di kelas 5 SD pada waktu itu dan memaksakan diri untuk tetap berangkat ke sekolah, namun sebagian besar teman-teman sekolahku tidak masuk sekolah karena takut atau lebih tepatnya dilarang orang tuanya karena situasi begitu mencekam. Saat itu ada pembagian kue gratis di sekolah "Makan Tambahan Anak Sekolah (MTAS) program pemerintah. Stok kue yang seharusnya di bagikan ke seluruh anak sekolah terpaksa kami boyong sepuasnya. heee. Lagi enak-enak makan eh Ayah menjemputku dengan sepeda buntutnya, kue dimasukan ke dalam tas ampe gak muat dan sepeda di kayuh ayah dengan ngebut sekuat tenaga. Situasi tidak aman katanya, kita harus cepat nyampi di rumah dan mengungsi ke tempat yang lebih aman.
    e.    Peristiwa berkembang dengan terjadinya kerusuhan, pembakaran, pengrusakan, perkelahian, penganiayaan dan pembunuhan antara warga suku Melayu dibantu warga suku Dayak menghadapi warga suku Madura, yang meluas sampai kedaerah sekitarnya.
    Setelah peristiwa pembakaran pada malam harinya. Suasana makin parah, issu beterbangan semakin tak jelas dan sembrawut, yang paling menakutkan adalah suku madura balas menyerang. Pengungsian melayu tak terhindarkan lagi. Akan tetapi kebanyakan tak tau dimana tempat yang aman, maka mengumpullah warga-warga melayu di salah satu rumah dan dijaga ketat kaum adam. Harta benda yang dianggap berharga di sembunyikan dalam tanah. yang bisa diboyong di bungkus dan diseret kemana-kemana. Saya sendiri sempat membantu Ibu membereskan bungkusannya dan di sembunyikan di belakang rumah terus di tutup dengan plastik. heee lucu kan???? Tanah dibelakang rumah dianggap lebih aman dari di dalam rumah.
    Sementara itu kaum adam sibuk mempersenjatai diri, apapun di pakai untuk mempertahankan diri, dari senapan angin, tombak, ketapel, parang, kayu hingga bambu runcing selalu ditenteng. Sore harinya kami diboyong untuk mengungsi ke rumah Nek Aki (Kakek) di Seburing yang lokasinya agak sedikit lebih jauh dari lokasi penggempuran pertama. Menurut desas desus cerita pada waktu itu perlawanan sengit terjadi terutama pada malam hari. Yang jelas warga madura tidak ada yang menyerang perkampungan melayu. Karena kekhawatiran yang tinggi pihak madura akan melakukan serangan balasan maka penggempuran perkampungan madura semakin giat di lancarkan. Disekitar wilayah semparuk warga madura banyak yang berdomisili di desa Sempadung. Tidak seperti penggempuran di semparuk, di sempadung memerlukan energi yang eksta untuk menembusnya. Dua hari dua malam pengepungan belum mampu menembus brekade madura di desa itu. Setelah bantuan datang dari segala penjuru sambas hingga warga dayak pun turun tangan ahirnya Sempadung pecah juga selama hampir seminggu. Disinilah banyak berguguran para pejuang di kedua belah pihak. Pada pagi itu saya masih nekat ke sekolah tapi baru jam 10 sudah di suruh pulang oleh guru dengan alasan keamanan. Dan ternyata tidak jauh dari sekolah ada seorang pemuda yang baru seumuran SMA gugur pada saa perang memecahkan sempadung pada malam harinya. Saya pun penasaran dan mampir ke rumah tersebut dan setelah beberapa teman ikut menyakiskan mayat tersebut dan pingsan di tempat saya urungkan niat melihat Si mayat. Kabarnya pemuda melayu itu di cincang-cincang, kepalanya hampir putus dan wajahnyapun sulit dikenali dengan pakaian berlumuran darah dan baju yang sobek dicincang. Mengerikan memang,,,, belum lagi kabar yang menyatakan bahwa beberapa kepala "Preman Madura" yang sering bikin ulah pada waktu jaya nya dulu di arak keliling pasar dan dijadikan bola kaki. Ada juga yang sengaja memamerkan kepala "Preman" yang sangat di benci warga tersebut di atas drum di pinggir jalan. Biar semua orang lewat bisa melihat bahwa si anu yang katanya paling hebat dulu telah jadi mayat. Ada yang iseng menyompeli kepala tanpa badan tersebut dengan rokok bahkan ada juga yang mengatakan kemaluannya dipotong dan disompelkan ke mulutnya kayak orang merokok. Sadis ya........... Tapi itu cerita orang saya tidak berani menyatakan kebenarannya karena tidak sempat melihat dengan mata kepala sendiri.
    f.    Telah terjadi pengungsian warga suku Madura secara besar-besaran. Kemudian isu ini dieksploitir oleh kelompok-kelompok tertentu untuk kepentingannya. Merasa diatas angin dan berhasil memecahkan pertahanan sempadung yang dianggap sebagai pertahanan terkuat Madura maka penggempuran desa-desa lainnya tak dapat dielakkan lagi. Kerusuhan secara cepat meluas seperti membakar hutan di musim kemarau. Tanpa komando dan perintah satu persatu perkampungan madura di bumi hanguskan. Yang selamat berupaya mengungsi menyelamatkan diri. Menurut desas desus cerita sebelum menggempur suatu perkampungan madura sebelumnya sudah dikonfirmasi terlebih dahulu dengan peringatan "kampung anda akan segera kami musnahkan kalau mau selamat segera melarikan diri, yang bertahan / melawan akan dipotong". Pada dasarnya warga madura yang membaur dengan warga melayu dengan segala upaya akan diselamatkan warga melayu dan di urus agar segera mengungsi ke luar sambas dengan catatan rumah mereka pasti hancur/dibakar. Saya banyak bukti akan hal ini. contohnya di kampung kami, warga madura tak ada yang tewas/dipancung. Yang menyerang perkampungan madura di suatu tempat adalah warga melayu dari daerah lain bukan warga melayu setempat. Sebalikanya warga melayu tersebut tidak bisa berbuat apa-apa kecuali berupaya menyelamatkan warga madura agar mengungsi keluar sambas.  Celakanya kerusuhan berawal pecah dari pesisir (semaparuk dan sekitarnya) hingga sulit mengungsikan madura keluar sambas. Warga madura yang menyelamatkan diri banyak yang berlarian ke arah hulu sambas hingga pengungsian keluar sambas tidak bisa dilakukan kecuali lewat jalur laut. Disilah banyak banyak berjatuhan korban karena akses laut juga tidak lancar sedangkan penggempuran semakin tak terbendung sampai ke seluruh pelosok negeri sambas termasuk daerah Sui Duri, Sui Pangkalan, Menterado hingga Bengkayang yang saat itu masih tergabung dalam Kab. Sambas. 
    g.    Peristiwa ini adalah kejadian yang kesepuluh sejak tahun 1977 dan juga pernah terjadi terhadap etnis yang lain. Setahu saya kerusuhan melayu dan madura tidak pernah terjadi sebelumnya. Kalau perkelahian antar sekelompok pemuda mungkin saja. Yang jelas Dayak VS Madura memamang sering terjadi.
2. Kronologi peristiwa.
    a.    Pada tanggal 17 Januari 1999 pukul 01.30 WIB telah ditangkap dan dianiaya pelaku pencurian ayam warga suku Madura oleh warga suku Melayu.
    b.    Pada tanggal 19 Januari 1999 sekitar 200 orang suku madura dari suatu desa menyerang warga suku Melayu desa lainnya.
    c.    Hari berikutnya terjadi perkelahian antara warga suku Madura dan warga suku Melayu karena tidak membayar ongkos angkot. Kejadian ini berkembang menjadi perkelahian antara kelompok dan antara desa yang disertai pembakaran, pengrusakan dan tindak kekerasan lainnya.
    d.    Warga suku Melayu dibantu suku Dayak melakukan penyerangan, pembakaran, pengrusakan, penganiayaan dan pembunuhan terhadap warga suku Madura dan selanjutnya saling membalas.
    e.    Peristiwa berkembang dengan terjadinya pengungsian warga Madura dalam jumlah cukup besar menuju Singkawang dan Pontianak.
    f.    Tindakan aparat keamanan antara lain :
      - Melokalisir dan mencegah meluasnya kejadian,
      - Membantu mengevakuasi para pengungsi, melakukan pencarian dan penyelamatan suku Madura yang melarikan diri kehutan,
      - Membantu para pengungsi ditempat penampungan,
      - Mengadakan dialog dengan tokoh masyarakat dan pemuka agama, serta
      - Melakukan upaya penegakan hukum terhadap para pelaku kriminal.
    g.    Korban akibat kerusuhan Sambas terdiri dari, meninggal dunia 489 orang, luka berat 168 orang, luka ringan 34 orang, rumah dibakar dan dirusak (3.833), mobil dibakar/dirusak (12) dan motor (9), masjid/madrasah dirusak/dibakar (8), sekolah dirusak (2), gudang dirusak (1) dan warga Madura mengungsi 29. 823 orang. Kalo yang ini kayaknya datanya tidak akurat. Saya memperkirakan lebih dari 1000 orang warga madura yang meninggal dunia alias dipancung. Banyak penguburan massal yang dilakukan warga melayu di suatu tempat. Sekitar 500m dari kediaman saya juga sempat dikuburkan 1 orang mayat madura akan tetapi dipindahkan lagi ke TPU. Kawan saya juga pernah mencari kayu bakar di pinggiran sungai (5 tahunan setelah kerusuhan) dan ia menemukan tengkorak manusia yang diduga korban kerusuhan. Banyak lagi deh ditemukan tengkorak-tengkorak manusia di hutan-hutan lainnya. Apakah ini terdata oleh kepolisian???? tentu tidak kan?????

3. Proses Hukum.
    a.    Pelaku yang ditangkap 208 orang dan dalam proses peradilan sebanyak 59 orang, yang terdiri dari suku Madura 13 orang, suku Melayu 42 orang dan suku Dayak 4 orang.
    b.    Barang bukti disita 607 pucuk senjata api rakitan, 2.336 senjata tajam, 76 bom molotov, 86 ketapel, 969 anak panah, 8 botol dan 8 toples obat mesiu, 443 butir peluru timah, 79 peluru pipa besi, 349 butir peluru setandard ABRI dan 441 butir peluru gotri.
4. Kesimpulan.
    a.    Peristiwa ini berakar antara lain pada masalah kesenjangan pendidikan, marginalisasi suku tertentu dalam menduduki posisi di pemerintahan, kesenjangan ekonomi antara suku pendatang dan suku asli serta adanya benturan budaya/perilaku sosial. Yang ini agak meramput ye,,,, lebih jelasnya baca berita kompas di posting saya sebelumnya.
    b.    Kerusuhan massal dipicu oleh adanya perkelahian individu antara suku yang berbeda dan selanjutnya meluas keseluruh kabupaten Sambas.
    c.    Kehadiran Pasukan Penindak Kerusuhan Massal (PPRM), telah banyak membantu penyelesaian peristiwa ini.
    d.    Masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk seyogyanya selalu saling menghormati adat istiadat masing-masing dan senantiasa menjaga Persatuan kesatuan.



TNI dan Polri selalu memprioritaskan untuk menjaga harmoni kehidupan yang telah dinikmati masyarakat Indonesia yang majemuk. Menyikapi peristiwa Sambas, TNI dan Polri telah menjalankan perannya sebagai pasilitator sekaligus menyelaras demi tercapainya titik temu antara kelompok masyarakat yang bertikai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar