Departemen Pertahanan Indonesia dlm Situs http://www.dephan.go.id/fakta/p_sambas.htm Menyatakan tentang "Peristiwa Sambas" dengan singakat dan jelas.
Disitto'
saye carrat nak nambahe' dengan kesah-kesah ayap baik iye yang
bersumber dari pengalaman pribadi, kawan2 yang ngeraccau dak tantu rudu
maupun dari sumber-sumber yang dak jelas asal usolnye. Biar tambah
mantap agek ceritenye, geye be... he,,,, Berhubung dengan banyaknye
insanak-insanak yang nak tau labeh jelasnye cerite kelam tanah Sambas ye
maupun generasi baru sambas yang dak sampat mengalame cerite yang
nyadehkan iye sebenarnye saye nak becerite banyak. Tapi karena berbagai
pertimbangan, tang ase ngarri' juak nak nuliskan cerite dak tantu rudu
ye. Bukan ape menurut pengamatan saye issu itok maseh rawan dan
sensitif. Mudah-mudahan tambahan coretan-coretan disittok dak ade yang
menyinggung dari pihak manepun juak ape agek sampai menyulut api
permusuhan yang baru. Mari bersame kite belajar dari
sejarah..................................................
1. Latar belakang.
a. Awal
peristiwa dilatar belakangi kasus pencurian ayam oleh seorang warga
suku Madura yang ditangkap dan dianiaya oleh warga masyarakat suku
melayu.
b. Peristiwa
berkembang dengan bergabungnya ratusan warga suku Madura dan menyerang
warga suku Melayu yang berakibat 3 orang suku Melayu meninggal dunia dan
2 orang luka-luka.
(Issu yang
terdengar ada sekitar 2-3 mobil truk yang menyerang perkampungan melayu
di Pasar Parit Setia Jawai. Pada saat itu melayu tidak melawan sama
sekali kecuali beberapa orang jago yang merasa punya ilmu lebih (kebal).
Baku hantam pun tak terhindarkan lagi, api perang sudah dihidupkan dan
oleh karena perlawanan yang tak seimbang dan titik lemah orang melayu
kebal tersebut diketahui (kabarnya dengan menghadirkan gadis bugil) maka
3 orang jagoan melayu gugur di medan perang pada saat Lebaran Pertama Idul Fitri. (Untuk
mengenang peristiwa ini maka dibangunlah Tugu Ketupat Berdarah di Pasar
Parit Setia Jawai). Melayu kalah telak dan setelah puas
menyincang-nyincang tubuh mangsanya maka pasukan lawan pulang membawa
kemenagannya denga yel-yel "MELAYU KEROPO'K - MELAYU KEROPO'K". Lebaran
itu adalah lebaran pahit di tanah sambas.
Berhubung
suasana lebaran walaupun begitu mencekam maka kabar ini meluas dengan
cepat ke seluruh pelosok sambas ditambah bumbu-bumbu penyedap yang
semakin menyulut api semakin membara maka luka-luka terpendam selama
berpuluh-puluh tahun terasa sakit kembali bahkan begitu perih melebihi
sakit saat pertama luka hingga memunculkan kesepakatan tak tertulis di
seluruh jiwa sambas "Tunggu kau bikin ulah lagi, kami tak akan pernah
memaafkanmu".
c. Selain itu terjadi
pula kasus perkelahian antara kenek angkot warga suku Melayu dengan
penumpang angkot warga suku Madura yang tidak mau membayar ongkos.
(Lokasi kejadian di sekitar semparuk)
d.
Akibatnya terjadi saling balas membalas antara warga suku Melayu
dibantu suku Dayak menghadapi warga suku Madura dalam bentuk
perkelahian, penganiayaan dan pengrusakan.
(Ini
terjadi di malam harinya setelah kejadian kenek angkot diatas. Pada
awalnya massa berkumpul dipasar semparuk untuk mengkonfirmasi kejadian
kenek angkot tersebut. Berkaca dari kasus jawai ; karena biasanya
setelah terjadi baku hantam antar 2 suku maka suku lawan akan balas
menyerang maka dalam sekejap massa berkumpul mencapai ribuan orang di
sekitar semparuk menghadapi serangan lawan dengan perlengkapan seadanya.
Karena lawan yang ditunggu-tunggu tidak juga datang menyerang maka
massa yang tak tertahankan emosinya menghancurkan beberapa kediaman suku
lawan. Oleh karena massa berjumalah ribuan orang maka situasi tak dapat
dikendalikan, pengrusakan hingga pembakaran terjadi hampir diseluruh
kediaman warga madura yang berdomisili di semparuk. Puluhan rumah hangus
terbakar pada saat itu juga. Pembakaran ini mulai dilakukan sekitar jam
08.30 malam. Tidak jelas apakah pada peristiwa semparuk ini terdapat
korban jiwa. Warga madura yang berdomisili di semparuk seluruhnya
mengungsi ke desa sebelah yaitu Sempadung dan dikabarkan membentuk
kekuatan untuk balas menyerang. Saya sendiri yang berkediaman sekitar
2km dari lokasi kejadian sempat melihat cahaya api membara di berbagai
titik kejadian selain itu juga mendengar bunyi tembakan dan gemuruh
tiang listrik dipukul2. Berhubung saya masih sangat kecil tidak
diizinkan melihat lebih dekat lagi malahan dipaksa tidur dini.
Pada
pagi harinya jalanan sangat lengang. Saya masih duduk di kelas 5 SD
pada waktu itu dan memaksakan diri untuk tetap berangkat ke sekolah,
namun sebagian besar teman-teman sekolahku tidak masuk sekolah karena
takut atau lebih tepatnya dilarang orang tuanya karena situasi begitu
mencekam. Saat itu ada pembagian kue gratis di sekolah "Makan Tambahan
Anak Sekolah (MTAS) program pemerintah. Stok kue yang seharusnya di
bagikan ke seluruh anak sekolah terpaksa kami boyong sepuasnya. heee.
Lagi enak-enak makan eh Ayah menjemputku dengan sepeda buntutnya, kue
dimasukan ke dalam tas ampe gak muat dan sepeda di kayuh ayah dengan
ngebut sekuat tenaga. Situasi tidak aman katanya, kita harus cepat
nyampi di rumah dan mengungsi ke tempat yang lebih aman.
e.
Peristiwa berkembang dengan terjadinya kerusuhan, pembakaran,
pengrusakan, perkelahian, penganiayaan dan pembunuhan antara warga suku
Melayu dibantu warga suku Dayak menghadapi warga suku Madura, yang
meluas sampai kedaerah sekitarnya.
Setelah
peristiwa pembakaran pada malam harinya. Suasana makin parah, issu
beterbangan semakin tak jelas dan sembrawut, yang paling menakutkan
adalah suku madura balas menyerang. Pengungsian melayu tak terhindarkan
lagi. Akan tetapi kebanyakan tak tau dimana tempat yang aman, maka
mengumpullah warga-warga melayu di salah satu rumah dan dijaga ketat
kaum adam. Harta benda yang dianggap berharga di sembunyikan dalam
tanah. yang bisa diboyong di bungkus dan diseret kemana-kemana. Saya
sendiri sempat membantu Ibu membereskan bungkusannya dan di sembunyikan
di belakang rumah terus di tutup dengan plastik. heee lucu kan???? Tanah
dibelakang rumah dianggap lebih aman dari di dalam rumah.
Sementara
itu kaum adam sibuk mempersenjatai diri, apapun di pakai untuk
mempertahankan diri, dari senapan angin, tombak, ketapel, parang, kayu
hingga bambu runcing selalu ditenteng. Sore harinya kami diboyong untuk
mengungsi ke rumah Nek Aki (Kakek) di Seburing yang lokasinya agak
sedikit lebih jauh dari lokasi penggempuran pertama. Menurut
desas desus cerita pada waktu itu perlawanan sengit terjadi terutama
pada malam hari. Yang jelas warga madura tidak ada yang menyerang
perkampungan melayu. Karena kekhawatiran yang tinggi pihak madura akan
melakukan serangan balasan maka penggempuran perkampungan madura semakin
giat di lancarkan. Disekitar wilayah semparuk warga madura banyak yang
berdomisili di desa Sempadung. Tidak seperti penggempuran di semparuk,
di sempadung memerlukan energi yang eksta untuk menembusnya. Dua hari
dua malam pengepungan belum mampu menembus brekade madura di desa itu.
Setelah bantuan datang dari segala penjuru sambas hingga warga dayak pun
turun tangan ahirnya Sempadung pecah juga selama hampir seminggu.
Disinilah banyak berguguran para pejuang di kedua belah pihak. Pada
pagi itu saya masih nekat ke sekolah tapi baru jam 10 sudah di suruh
pulang oleh guru dengan alasan keamanan. Dan ternyata tidak jauh dari
sekolah ada seorang pemuda yang baru seumuran SMA gugur pada saa perang
memecahkan sempadung pada malam harinya. Saya pun penasaran dan mampir
ke rumah tersebut dan setelah beberapa teman ikut menyakiskan mayat
tersebut dan pingsan di tempat saya urungkan niat melihat Si mayat.
Kabarnya pemuda melayu itu di cincang-cincang, kepalanya hampir putus
dan wajahnyapun sulit dikenali dengan pakaian berlumuran darah dan baju
yang sobek dicincang. Mengerikan memang,,,, belum lagi kabar yang
menyatakan bahwa beberapa kepala "Preman Madura" yang sering bikin ulah
pada waktu jaya nya dulu di arak keliling pasar dan dijadikan bola kaki.
Ada juga yang sengaja memamerkan kepala "Preman" yang sangat di benci
warga tersebut di atas drum di pinggir jalan. Biar semua orang lewat
bisa melihat bahwa si anu yang katanya paling hebat dulu telah jadi
mayat. Ada yang iseng menyompeli kepala tanpa badan tersebut dengan
rokok bahkan ada juga yang mengatakan kemaluannya dipotong dan
disompelkan ke mulutnya kayak orang merokok. Sadis ya........... Tapi
itu cerita orang saya tidak berani menyatakan kebenarannya karena tidak
sempat melihat dengan mata kepala sendiri.
f.
Telah terjadi pengungsian warga suku Madura secara besar-besaran.
Kemudian isu ini dieksploitir oleh kelompok-kelompok tertentu untuk
kepentingannya. Merasa diatas angin dan berhasil memecahkan
pertahanan sempadung yang dianggap sebagai pertahanan terkuat Madura
maka penggempuran desa-desa lainnya tak dapat dielakkan lagi. Kerusuhan
secara cepat meluas seperti membakar hutan di musim kemarau. Tanpa
komando dan perintah satu persatu perkampungan madura di bumi hanguskan.
Yang selamat berupaya mengungsi menyelamatkan diri. Menurut desas desus
cerita sebelum menggempur suatu perkampungan madura sebelumnya sudah
dikonfirmasi terlebih dahulu dengan peringatan "kampung anda akan segera
kami musnahkan kalau mau selamat segera melarikan diri, yang bertahan /
melawan akan dipotong". Pada dasarnya warga madura yang membaur
dengan warga melayu dengan segala upaya akan diselamatkan warga melayu
dan di urus agar segera mengungsi ke luar sambas dengan catatan rumah
mereka pasti hancur/dibakar. Saya banyak bukti akan hal ini. contohnya
di kampung kami, warga madura tak ada yang tewas/dipancung. Yang menyerang perkampungan madura di suatu tempat adalah warga melayu dari daerah lain bukan warga melayu setempat.
Sebalikanya warga melayu tersebut tidak bisa berbuat apa-apa kecuali
berupaya menyelamatkan warga madura agar mengungsi keluar sambas. Celakanya
kerusuhan berawal pecah dari pesisir (semaparuk dan sekitarnya) hingga
sulit mengungsikan madura keluar sambas. Warga madura yang menyelamatkan
diri banyak yang berlarian ke arah hulu sambas hingga pengungsian
keluar sambas tidak bisa dilakukan kecuali lewat jalur laut. Disilah
banyak banyak berjatuhan korban karena akses laut juga tidak lancar
sedangkan penggempuran semakin tak terbendung sampai ke seluruh pelosok
negeri sambas termasuk daerah Sui Duri, Sui Pangkalan, Menterado hingga
Bengkayang yang saat itu masih tergabung dalam Kab. Sambas.
g. Peristiwa ini adalah kejadian yang kesepuluh sejak tahun 1977 dan juga pernah terjadi terhadap etnis yang lain. Setahu
saya kerusuhan melayu dan madura tidak pernah terjadi sebelumnya. Kalau
perkelahian antar sekelompok pemuda mungkin saja. Yang jelas Dayak VS
Madura memamang sering terjadi.
2. Kronologi peristiwa.
a.
Pada tanggal 17 Januari 1999 pukul 01.30 WIB telah ditangkap dan
dianiaya pelaku pencurian ayam warga suku Madura oleh warga suku Melayu.
b. Pada tanggal 19 Januari 1999 sekitar 200 orang suku madura dari suatu desa menyerang warga suku Melayu desa lainnya.
c.
Hari berikutnya terjadi perkelahian antara warga suku Madura dan
warga suku Melayu karena tidak membayar ongkos angkot. Kejadian ini
berkembang menjadi perkelahian antara kelompok dan antara desa yang
disertai pembakaran, pengrusakan dan tindak kekerasan lainnya.
d.
Warga suku Melayu dibantu suku Dayak melakukan penyerangan, pembakaran,
pengrusakan, penganiayaan dan pembunuhan terhadap warga suku Madura dan
selanjutnya saling membalas.
e. Peristiwa berkembang dengan terjadinya pengungsian warga Madura dalam jumlah cukup besar menuju Singkawang dan Pontianak.
f. Tindakan aparat keamanan antara lain :
- Melokalisir dan mencegah meluasnya kejadian,
- Membantu mengevakuasi para pengungsi, melakukan pencarian dan penyelamatan suku Madura yang melarikan diri kehutan,
- Membantu para pengungsi ditempat penampungan,
- Mengadakan dialog dengan tokoh masyarakat dan pemuka agama, serta
- Melakukan upaya penegakan hukum terhadap para pelaku kriminal.
g.
Korban akibat kerusuhan Sambas terdiri dari, meninggal dunia 489
orang, luka berat 168 orang, luka ringan 34 orang, rumah dibakar dan
dirusak (3.833), mobil dibakar/dirusak (12) dan motor (9),
masjid/madrasah dirusak/dibakar (8), sekolah dirusak (2), gudang dirusak
(1) dan warga Madura mengungsi 29. 823 orang. Kalo yang ini
kayaknya datanya tidak akurat. Saya memperkirakan lebih dari 1000 orang
warga madura yang meninggal dunia alias dipancung. Banyak penguburan
massal yang dilakukan warga melayu di suatu tempat. Sekitar 500m dari
kediaman saya juga sempat dikuburkan 1 orang mayat madura akan tetapi
dipindahkan lagi ke TPU. Kawan saya juga pernah mencari kayu bakar di
pinggiran sungai (5 tahunan setelah kerusuhan) dan ia menemukan
tengkorak manusia yang diduga korban kerusuhan. Banyak lagi deh
ditemukan tengkorak-tengkorak manusia di hutan-hutan lainnya. Apakah ini
terdata oleh kepolisian???? tentu tidak kan?????
3. Proses Hukum.
a.
Pelaku yang ditangkap 208 orang dan dalam proses peradilan sebanyak
59 orang, yang terdiri dari suku Madura 13 orang, suku Melayu 42 orang
dan suku Dayak 4 orang.
b. Barang
bukti disita 607 pucuk senjata api rakitan, 2.336 senjata tajam, 76 bom
molotov, 86 ketapel, 969 anak panah, 8 botol dan 8 toples obat mesiu,
443 butir peluru timah, 79 peluru pipa besi, 349 butir peluru setandard
ABRI dan 441 butir peluru gotri.
4. Kesimpulan.
a.
Peristiwa ini berakar antara lain pada masalah kesenjangan
pendidikan, marginalisasi suku tertentu dalam menduduki posisi di
pemerintahan, kesenjangan ekonomi antara suku pendatang dan suku asli
serta adanya benturan budaya/perilaku sosial. Yang ini agak meramput ye,,,, lebih jelasnya baca berita kompas di posting saya sebelumnya.
b.
Kerusuhan massal dipicu oleh adanya perkelahian individu antara suku
yang berbeda dan selanjutnya meluas keseluruh kabupaten Sambas.
c. Kehadiran Pasukan Penindak Kerusuhan Massal (PPRM), telah banyak membantu penyelesaian peristiwa ini.
d.
Masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk seyogyanya selalu saling
menghormati adat istiadat masing-masing dan senantiasa menjaga Persatuan
kesatuan.
TNI
dan Polri selalu memprioritaskan untuk menjaga harmoni kehidupan yang
telah dinikmati masyarakat Indonesia yang majemuk. Menyikapi peristiwa
Sambas, TNI dan Polri telah menjalankan perannya sebagai pasilitator
sekaligus menyelaras demi tercapainya titik temu antara kelompok
masyarakat yang bertikai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar